Jumat, 25 April 2008

Teknologi Informasi, Bak Jamur di Musim Hujan

MENJAMURNYA mesin Anjung Tunai Mandiri (Automatic Teller Machine/ATM) yang disediakan oleh berbagai bank secara tidak langsung telah membawa masyarakat mengenal dan merasakan manfaat nyata dari teknologi informasi (TI). Banyak lagi produk bank yang berbasis teknologi informasi seperti telebanking, on line, kartu kredit, kartu debet dan smart card.

TI yang secara sederhana bisa dikatakan sebagai paduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi, benar-benar dimanfaatkan sebagai salah satu alat penarik pelanggan. Jadi bukan sekedar latah kalau akhirnya tidak hanya bank yang memanfaatkan TI, lembaga nonbank pun juga melakukan hal yang serupa.

Perkembangan TI di Indonesia meningkat. Hal ini terindikasi dari perkembangan penjualan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), menurut lembaga penelitian, pengembangan dan dokumentasi Infokomputer sampai tahun 1995 tercatat nilai penjualannya meningkat cukup besar dari 491,2 juta dolar AS pada tahun 1992 menjadi 542 juta dolar AS.

Kegairahan perusahaan memanfaatkan TI belum diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang memadai, sehingga peran konsultan masih dominan.

Seiring dengan itu pengguna TI semakin memaksimalkan fungsi perangkat lunaknya. Tak hanya sekadar untuk keperluan administrasi, seperti mengetik namun justru mereka mempersenjatai perangkat kerasnya dengan berbagai perangkat lunak yang andal. Di perusahaan yang serius mengembangkan TI, komposisi investasi untuk perangkat keras dan perangkat lunaknya 30 persen : 70 persen.

Dan memang secara keseluruhan biaya investasi untuk TI sangat mahal, namun perlu diingat dia mempunyai potensi yang amat besar di masa mendatang. Seperti dikemukakan head of communications service group AT&T (American Telephone & Telegraph) perusahaan telekomunikasi terbesar di Amerika, Alex Mandl. "Kita mesti benar-benar menjadi terbaik dalam hal teknologi informasi, jika tidak mau susah".

Perusahaan jasa seperti perusahaan sekuritas, pialang properti, pariwisata, perkapalan, penerbangan, pendidikan, hingga penyelenggara seminar merupakan lahan potensial bagi penggunaan TI. Pelanggan tinggal hidupkan PC, pasang modem, sambungkan ke provider Internet, dan ketik alamat homepage perusahaan yang dituju maka seluruh informasi tersedia, baik berupa profil perusahaan, produk, biaya, fasilitas, dan lainnya.

Kesadaran membangun TI tidak hanya tumbuh di perusahaan besar seperti bank, tapi juga di perusahaan kecil. Koperasi Wanita Asih Sejati Pondok Labu, Jakarta Selatan contohnya, koperasi yang beranggotakan 1.600 anggota ibu rumah tangga dan umum ini memanfaatkan TI untuk menunjang usaha, hasilnya September tahun 1995 laba koperasi mampu mencapai Rp 100 juta lebih.

Namun, jangan gegabah dalam mengambil keputusan membentuk TI, harus diperhatikan dulu keseimbangan 4 hal: strategi, proses, TI dan SDM. Tak sedikit perusahaan yang akhirnya justru bermasalah setelah memasang TI, karena mengabaikan keseimbangan itu.

Contoh, ketidakseimbangan SDM dengan yang lainnya adalah ketika lembaga TI-nya rampung, sementara karyawan masih mengandalkan pola lama. Akibatnya proyek yang semula diharapkan mempermudah justru mempersulit pekerjaan. Maka sia-sialah investasi kita yang besar itu. samsul ramli/berbagai sumber

Tidak ada komentar: